Jaman
sekarang, muslimah mau pake jilbab sudah gampang ya.Gimana enggak, yang
namanya baju muslim dan jilbabnya itu sudah jadi komoditi tersendiri.
Coba saja lihat pusat-pusat belanja dimana saja pasti ada penjual
pakaian muslim dan jilbab dengan berbagai bentuk.
Mulai dari yang murah sampai yang harganya ratusan ribu. Dari yang jilbab sederhana sampai yang bertahta kan payet atau sulaman dan mutiara. Bahkan desainer-desainer kondang pun ga mau kalah 'memanfaatkan' pesatnya pertumbuhan pakaian muslim yang laku bak kacang goreng.
Aku jadi teringat ketika hampir 12 tahun lalu pertama kali aku mau memakai jilbab.
Ya, memakai jilbab yang bukan sembarang pakai. Yang pagi pakai trus sore dilepas. yang pake jilbab ketika pergi ngaji aja, tapi ketika aktivitas lain lantas dilepas.Waktu itu yang namanya pakai jilbab jarang sekali. Bahkan mode dan bentuk jilbabpun masih konvensional.
Aku waktu itu baru menginjak kelas 2 SMU. Sudah lama niat berjilbab itu tertanam dalam hati. Apalagi semenjak kelas 3 SMP aku sudah aktif mengikuti kegiatan mentoring. Bahkan beranjak SMU pun aku lebih memilih ikut ekskul ROHIS. Tentu saja hal ini semakin membuatku mantap untuk berjilbab.
Tapi ternyata, ketika niatku itu ku ungkapkan pada Mama. Mama langsung marah besar. Dalam pikirannya kala itu, wanita berjilbab itu kuno!, pakaiannya jelek kaya pake daster, kumuh, bau, susah dapat kerja, susah nyari jodoh dan lain sebagainya. Yah, mama ku mengambil kesimpulan dari apa yang dia lihat semata.Aku sampai menangis tersedu memohon ijinnya.Tapi tetap tidak jawab mama. Akhirnya aku hanya mendapat hiburan dari Papa. Lagi-lagi papa selalu mendukung apa yang jadi keinginanku.
Karena mama sama sekali tidak mendukung, maka mama pun tidak peduli untuk menyediakan jilbabku, pakaian seragam sekolah yang panjangpun kudapat dari bekas-bekas guru ngajiku saat itu. Belum lagi jilbab yang kupakai banyak dikasih dari teman-teman muslimah di sekolah. Alhamdulillah, aku bersyukur.
Akhirnya niatkupun mantap sudah. hari itu aku pergi kesekolah dengan seragam baju dan rok panjang lengkap dengan jilbab putihnya. Serasa ada yang membuatku bergidik merinding ketika pakaian itu sudah kupakai. Sambil terus mematut diri dicermin aku terus merasa gemetar.Oh begini rasanya terbungkus pakaian mulia itu.
Mama tak menegurku sama sekali. Akhirnya aku pergi sekolah juga. Sesampainya disekolah, seisi kelas gempar! mereka kaget melihat perubahanku. Ada yang memandang aneh, ada yang yang tersenyum dan yang paling gembira tentu teman-teman ku di ROHIS kala itu. Mereka bergantian memberiku ucapan selamat dan doa, termasuk temanku Dewi. Dialah yang teman sekelasku yang paling dekat denganku kala itu. Dia sudah berjilbab sejak SMP. Dia pula yang membawa angin hidayah untukku. Dia hampir menangis melihatku sudah berjilbab.
Alhamdulillah, ya Alloh....
terima kasih atas hidayah Mu yang telah Kau berikan.
Nikmatnya hidayah Islam Mu sungguh tiada bandingnya kurasakan.
Do'aku, Mohon jagalah selalu hidayah ini ya Alloh.Agar nikmatnya senantiasa bersamaku.
Amiin....
Mulai dari yang murah sampai yang harganya ratusan ribu. Dari yang jilbab sederhana sampai yang bertahta kan payet atau sulaman dan mutiara. Bahkan desainer-desainer kondang pun ga mau kalah 'memanfaatkan' pesatnya pertumbuhan pakaian muslim yang laku bak kacang goreng.
Aku jadi teringat ketika hampir 12 tahun lalu pertama kali aku mau memakai jilbab.
Ya, memakai jilbab yang bukan sembarang pakai. Yang pagi pakai trus sore dilepas. yang pake jilbab ketika pergi ngaji aja, tapi ketika aktivitas lain lantas dilepas.Waktu itu yang namanya pakai jilbab jarang sekali. Bahkan mode dan bentuk jilbabpun masih konvensional.
Aku waktu itu baru menginjak kelas 2 SMU. Sudah lama niat berjilbab itu tertanam dalam hati. Apalagi semenjak kelas 3 SMP aku sudah aktif mengikuti kegiatan mentoring. Bahkan beranjak SMU pun aku lebih memilih ikut ekskul ROHIS. Tentu saja hal ini semakin membuatku mantap untuk berjilbab.
Tapi ternyata, ketika niatku itu ku ungkapkan pada Mama. Mama langsung marah besar. Dalam pikirannya kala itu, wanita berjilbab itu kuno!, pakaiannya jelek kaya pake daster, kumuh, bau, susah dapat kerja, susah nyari jodoh dan lain sebagainya. Yah, mama ku mengambil kesimpulan dari apa yang dia lihat semata.Aku sampai menangis tersedu memohon ijinnya.Tapi tetap tidak jawab mama. Akhirnya aku hanya mendapat hiburan dari Papa. Lagi-lagi papa selalu mendukung apa yang jadi keinginanku.
Karena mama sama sekali tidak mendukung, maka mama pun tidak peduli untuk menyediakan jilbabku, pakaian seragam sekolah yang panjangpun kudapat dari bekas-bekas guru ngajiku saat itu. Belum lagi jilbab yang kupakai banyak dikasih dari teman-teman muslimah di sekolah. Alhamdulillah, aku bersyukur.
Akhirnya niatkupun mantap sudah. hari itu aku pergi kesekolah dengan seragam baju dan rok panjang lengkap dengan jilbab putihnya. Serasa ada yang membuatku bergidik merinding ketika pakaian itu sudah kupakai. Sambil terus mematut diri dicermin aku terus merasa gemetar.Oh begini rasanya terbungkus pakaian mulia itu.
Mama tak menegurku sama sekali. Akhirnya aku pergi sekolah juga. Sesampainya disekolah, seisi kelas gempar! mereka kaget melihat perubahanku. Ada yang memandang aneh, ada yang yang tersenyum dan yang paling gembira tentu teman-teman ku di ROHIS kala itu. Mereka bergantian memberiku ucapan selamat dan doa, termasuk temanku Dewi. Dialah yang teman sekelasku yang paling dekat denganku kala itu. Dia sudah berjilbab sejak SMP. Dia pula yang membawa angin hidayah untukku. Dia hampir menangis melihatku sudah berjilbab.
Alhamdulillah, ya Alloh....
terima kasih atas hidayah Mu yang telah Kau berikan.
Nikmatnya hidayah Islam Mu sungguh tiada bandingnya kurasakan.
Do'aku, Mohon jagalah selalu hidayah ini ya Alloh.Agar nikmatnya senantiasa bersamaku.
Amiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar