Ketika hamil pertama
kali, aku sudah punya pengalaman dengan susu Prenagen seperti yang aku
ceritakan dalam kisah pertama.Karena Prenagen membuat bayiku lahir
sehat, sempurna, cerdas dan ASI ku juga banyak.
Saat
aku menulis kisah kedua ini, aku baru melahirkan putra kedua ku 3
minggu yang lalu pada 16 April 2007 melalui persalinan normal dengan
ditolong seorang bidan.
Dengan kehamilan kedua ku kali ini, aku punya pengalaman lain dengan susu Prenagen.
Ketika
itu , saat mengetahui kehamilan ku yang kedua aku bertekad untuk terus
minum susu Prenagen selama hamil dan menyusui kelak. Apalagi sekarang
prenagen ada yang variant baru yaitu Emesis untuk yang mual, masa hamil
dan masa menyusui. Ketika tanda-tanda ‘morning sickness’ muncul lagi,
aku lantas mencoba Prenagen Emesis. Alhamdulillah, mual ku makin
berkurang sampai akhirnya hilang setelah 3 bulan kehamilan. Tapi entah
kenapa menginjak usia kandungan 7 bulan, aku kembali tidak suka minum
susu Ibu hamil, sepertinya mual dan keengganan mencium bau dan rasanya
membuat aku malas minum susu. Aku dan suamiku kembali mencoba
alternatif-alternatif seperti yang kami jalankan pada kehamilan pertama.
Tapi tidak berhasil. Akhirnya karena khawatir janin kami kurang gizi
dari susu, aku minum saja susu UHT atau susu sapi segar. Dan ternyata
memang bisa kutelan. Ya sudahlah, suamiku dan aku menyerah dengan susu
sapi. Ini kujalani sampai usia kandunganku 9 bulan dimana waktunya
persalinan tiba.
Dan
betapa terkejutnya bidan yang memeriksaku karena bayi yang kulahirkan
lebih besar jauh diatas berat badan anak pertamaku ketika lahir. Ya,
bayi keduaku lahir dengan berat 3.550 kg dan panjang 50 cm. Hal ini
membuat proses persalinanku berjalan cukup ‘alot’ karena postur tubuhku
yang sebenarnya termasuk mungil. Terasa keras sekali ketika aku harus
mengedan berkali-kali. Bahkan ketika kepala bayiku sudah keluar, bidan
baru melihat tali pusar terlilit 2x dileher bayi kami, ini membuat bahu
bayi kami yang seharusnya bisa langsung keluar jadi tersendat. Lalu
bidan berusaha mengulur tali pusar tersebut dari dalam yang
alhamdulillah cukup panjang sehingga bisa melepaskan lilitan dileher
bayiku. Setelah tali pusar terlepas, untuk mengeluarkan bahunya bidanpun
menyuruhku mengedan sekali lagi, dan Alhamdulillah keluarlah bayi kami
dengan selamat.
Meski
begitu, aku dan suamiku tetap penasaran kenapa bayi kami yang kedua
berat badan lahirnya lebih besar dari yang pertama. Bahkan sampai
selisih 7.5 ons. Padahal pertambahan berat badanku secara keseluruhan
tidak jauh berbeda yaitu 15 kg dari berat badanku semula 45kg. Untuk itu
kamipun tak segan bertanya kepad bidan dan juga Dokter kandungan.
Ternyata jawabannya sama, menurut mereka penyebabnya salah satunya
adalah karena konsumsi susu UHT dan susu sapi segar selama aku hamil.
Kenapa bisa? Hal ini karena dalam susu sapi atau susu UHT sejenis
terdapat kandungan lemak yang lebih banyak dari pada susu Ibu hamil.
Sementara susu ibu hamil gizinya sudah di takar sedemikian rupa sehingga
cukup untuk kebutuhan ibu dan bayi.Sekarang aku masih menyusui bayiku,
dan tak lupa ku bantu dengan minum susu untuk masa menyusui yang rasa
Coklat. Rasa Coklatnya benar-benar nikmat loh! Diminum hangat atau
dingin sama nikmatnya. Alhamdulillah produksi ASI ku lancar dan bayiku
tidak rewel. Dan sudah pasti bergizi tinggi donk.
Dari
pengalaman itu, kami jadi tau bedanya antara minum susu Ibu hamil
dengan susu Sapi/UHT.Semoga pengalamanku ini bisa jadi inspirasi bagi
calon ibu lainnya dalam memilih susu yang akan dikonsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar