Kamis, 09 Agustus 2012

Menikah

Ini cerita tahun 2007 lalu, aku tulis lagi disini ya... pindahan dr Multiply.
******
+ : 'gimana, Mi? jadi biodatanya Inna dikirim ke ikh temanmu itu?'
- : 'ga jadi, Bi! ummi jadi ragu nih. Soalnya ummi ga tau pasti apa yang dicari teman ummi itu. 
     Kemarin proposal pertama ditolak. Alasannya ga jelas.Kalo yang ini ditolak lagi tanpa kasih alasan jelas, lebih baik ga jadi deh, Bi.'

Begitulah kira-kira perbincanganku dengan suamiku ketika aku berusaha memproses sahabat dekatku untuk ku kenalkan dengan ikhwan teman ku ditempat lain.Dua-duanya belum menikah, dan sudah urgent menikah.Tapi, rupanya ikhwan jaman sekarang tidak jauh beda dengan pria-pria pada umumnya. Yah,terpaksa kesimpulan itu kutarik sementara ini sampai aku temukan jawaban yang benar.

Sering kali perbincanganku dgn suamiku mengingat ingat teman-teman kami, siapa lagi yang belum nikah? terbesit ingin membantu mereka.Tapi ternyata tak semudah mengucap kata, tak seperti bayangan ketika kami akan menikah.Toh, niat membantu beberapa kali, tak satupun berhasil dengan berbagai alasan.Akhirnya jodoh tak bertemu jua.

Pernah juga suamiku bertanya pada ustadz,kenapa sih ada orang yang sampai usia matang bahkan hampir 1/2 abad belum menikah juga? padahal Alloh sendiri yang janjikan bahwa setiap manusia yang lahir telah ditetapkan rejeki, jodoh dan matinya.Dan pertanyaan itupun dijawab dengan jawaban seperti ini:Sebenarnya bukan Alloh tidak memberi jodoh, tapi bisa saja jodoh yang sudah disiapkan Alloh itu sudah pernah 'datang' dalam kehidupan namun ditolak dengan berbagai alasan kita.Akhirnya 'lewatlah' jodoh itu.

Mungkin seperti itu yang terjadi pada salah seorang keluarga ku yang sampai usianya beranjak 50 thn masih saja sendiri.Pernah juga aku dinasehati seorang ustadzah yang juga sahabat dekatku  bahwa jodoh itu bisa datang kapan saja tanpa kita duga.Dan jodoh yang Alloh kirim itu akan sesuai dengan kondisi iman kita saat itu.

Artinya, ketika iman kita turun lalu Alloh mengirimkan jodoh kita. Maka pasangan hidup kita itu hanya memiliki keimanan yang sama dgn keimanan kita saat itu.Tapi bila kita mampu menjaga iman kita tetap naik, maka insyaAlloh jodoh kita memiliki keimanan yang lebih baik. Karena itu waspadalah menjaga iman kita.sebab iman itu naik turun.'al imaanu yazidu wa yankudz'

Aku jadi teringat bagaimana waktu itu aku bertemu dengan mas Agus yang kini menjadi suamiku. Saat itu aku memang sedang sibuk memikirkan sidang S1.Sementara di ROHIS kampusku juga kami sedang memproses pergantian pengurus ROHIS yang baru. Praktis fikiranku tidak pernah sampai untuk menikah dalam waktu dekat.Sampai akhirnya Guru ngajiku lah yang tiba-tiba menawarkan diriku untuk menikah.

Awalnya aku sempat menolak, aku punya banyak alasan untuk itu.Selain karena aku sedang sibuk di ROHIS, aku harus menyelesaikan S1, aku juga masih berfikir untuk bisa kerja dulu setelah S1 selesai,dan alasan terakhir adalah karena aku adalah murid termuda diantara teman-teman ngajiku yang lain. Jadi kupikir, mereka teman-temanku itu  yang sudah diusia rawan lebih baik diutamakan.Tapi ternyata segala keraguanku itu 'dimentalkan' dengan sempurnanya oleh Guru ngajiku, hingga tak ada alasan yang cukup kuat bagiku untuk menolak.Toh ini semua baru proses, menurutnya jalani saja, ga perlu pesimis atau optimis yang berlebihan.

Singkatnya, sejak awal hingga akhirnya suamiku melamar hanya butuh waktu sebulan. Bertemupun kami hanya sekali ketika perkenalan pertama, itupun langsung menentukan hari apa dia mau datang melamar. Sungguh terasa cepat sekali.Aku sendiri waktu itu hanya butuh waktu tidak sampai seminggu untuk memberi jawaban 'ya' pada calon suamiku. Ada hal unik yang terus kuingat sampai kini, yaitu ketika akan melihat fotonya pertama kali.

Berhubung calonku waktu itu kerja dan tinggal di Kaltim, maka aku hanya bisa melihat fotonya lewat imel yang dia kirim.Aku ingat hari itu aku sedang mengadakan acara pembinaan di masjid kampus calon-calon pengurus.Tiba-tiba guru ngajiku menelpon dan menyuruhku melihat foto calon suamiku saat itu juga diimelku. Akhirnya dengan ditemani seorang teman akhwat, aku menyelinap keluar dari acara dan bergegas mencari warnet terdekat dari kampus.Sempat deg-degan aku dibuatnya. Bahkan teman akhwatku itupun tidak kuberitahu.Hanya satu doaku sejak awal proses ini kujalani, aku berdoa semoga Alloh menutup mataku dari penglihatan yang duniawi pada diri calon suamiku. Aku tidak ingin ketika kulihat fotonya pertama kali muncul fikiran tidak suka karena fisiknya yang mungkin tidak sesuai dengan harapanku.

Dan ketika file attachment fotonya kubuka......
Entah kenapa saat itu aku seperti melihat kemiripan sosoknya dengan sosok Papa waktu masih muda.Bukan bermaksud menyamakan, tapi aku melihat kemiripan dari mulai rambut, mata,hidung sampai caranya memandang.

Sesaat aku terkesiap,seperti terpesona.Aku memang sangat mengidolakan Papa dalam banyak hal.Meski aku dan papa sering berjauhan, tapi kesabaran,senyumnya dan kesediaannya untuk selalu mendengarku membuatku selalu merindukannya.Tak heran jika kemudian aku bercita-cita jika laki-laki yang akan menjadi suamiku haruslah seperti Papa.Dan itu kulihat dari mas Agus yang kini menjadi Abi bagi dua jagoan kecilku.

Suatu Pertanda dari Alloh? mungkin saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BISNIS MLM , WHY NOT?

Tarik napasss Hempaskan . . Jadi sejatinya ga ada teman yg bener2 tulus. Sebaik2 nya teman tetep aja ada yg merasa paling suci paling be...